Dokumentasi Perjalanan Pencerah
Nusantara Batch 3: 22`Desember 2014
Akhir tahun
ini disambut dengan derasnya rintik hujan yang turun hampir setiap hari. Di sikakap, hujan terus terun di bulan
desember. Rasanya seperti kembali pada zaman dimana musim masih teratur. Zaman
ketika kami masih duduk di bangku SD, dimana kami dapat menebak kapan turunnya
hujan dan kapan musim kemarau datang. Kali ini kami akan bercerita tentang hari
spesial yang dirayakan satu tahun satu kali, Hari IBU.
Sekejap kami
semua menjadi melankolis ketika hari Ibu tiba, 22 Desember adalah hari spesial
yang setiap tahunnya kami rayakan bersama ibu-ibu kami dirumah. Kami hadiahkan
ucapan dan persembahan spesial bagi ibu-ibu kami dirumah setiap tahunnya.
Namun, hari ini kami lalui jauh dari rumah dan jauh dari ibu kami. Suasana
rintik-rintik hujan memperparah keadaan, dimana suasana hati kami menjadi
sangat redup dan melankolis menyambut datangnya hari ibu pagi itu.
Jauh dari
rumah dan jauh dari orang tua merupakan pengalaman yang tidak mudah untuk
dijalani dan mungkin akan sulit dilupakan. Meskipun terlihat mudah untuk
dijalani, kami semua disini merasa sangat sulit untuk mengendalikan rasa rindu
kami kepada orang tua kami, terutama ibu. Sebagian dari kami, mengalihkan rasa
rindu nya dengan membatasi komunikasinya dengan rumah. Sebagiannya lagi
memutuskan untuk terus rutin berkomunikasi setiap hari. Yang memutuskan untuk
membatasi komunikasi punya alasan jika mendengar suara ibunya, sekejap saja air
mata langsung menetes tanpa bisa dikendalikan.
Setelah
beradaptasi kurang lebih 3 bulan dan terbiasa untuk berpisah dari keluarga dan
rumah, kadang membuat emosi kami menjadi tidak stabil. Ada yang mencari koping
dengan mencari sosok-sosok ibu di sini. Ada juga yang senang bercerita dengan
sahabat-sahabat nya di Sikakap juga tentang ibu yang dibanggakannya untuk
sekedar melepas kerinduan. Sejauh ini, cara tersebut cukup berhasil untuk
sekedar megalihkan rasa rindu yang bertumpuk kepada keluarga terutama Ibu.
Dalam kesempatan kali ini, izinkan kami bercerita tentang sosk-sosok Ibu hebat
yang kami temui dalam perjalanan kami sebagai apresiasi atas dedikasi yaang
diberikan kepada keluarga dan masyarakat.
Dalam buku “School
of Life” karya Bayu Gawtama, Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi
anak-anaknya. Pendidikan pertama yang akan di rasakan oleh anak-anak adalah
dirumah, bukan disekolah. Karena dari ibulah, sang anak belajar untuk
berbicara, belajar untuk bersikap, belajar tentang arti kesabaran dan
keikhlasan. Anak akan belajar dan mencontoh perilaku orang terdekatnya, yaitu
Ibu. Sosok ibu menjadi penting ketika kita melihat peran ibu dari fungsi
keluarga. Dalam susunan keluuarga, ayah menjadi kepala keluarga, ayahlah yang
akan menjadi pemimpin, penentu kebijakan, pengambil keputusan dan pencari
nafkah. Tapi dibalik pemimpin selalu ada orang-orang hebat yang mendorong,
manjadi penasehat dan menjadi pengatur strategi untuk menjalankan sebuah fungsi
keluarga. Itulah sosok Ibu, mungkin kita sering mendengar bahwa ibu merupakan
ujung tombak sebuah keluarga. Ujung tombak yang akan menjaga kestabilan sebuah
rumah tangga. Peran ibu dalam sebuah keluarga menjadi sangat penting jika
keluarga sedang menghadapi permasalahan. Dimana sosok ibu yang akan mengatur
segalanya agar tetap bisa seimbang. Meski ayah yang menentukan kebijakan, sosok
ibulah yang akan menjaga keseimbangan agar fungsi keluarga tetap bisa berjalan
dengan baik meski keluarga dilanda musibah.
Kalau kami
boleh bercerita, kami menemukan sosok-sosok ibu hebat di sini. Bukan sekedar
seorang ibu yang punya prestasi dan mendapatkan piala dari sebuah lomba. Bukan
pula ibu yang mendapatkan penghargaan dari sebuah kompetisi. Tapi ini tentang
dedikasinya yang mungkin tak pernah dilihat atau bahkan diapresiasi. Tentang
pengabdian dan kerja keras seorang wanita yang tanpa sadar juga menjadi
tulang-tulang punggung keluarga. Juga tentang wanita-wanita yang menjadi ujung
tombak sekaligus pendidik dikeluarganya.
Seorang ibu
yang cantik semapai yang tinggi badannya mencapai 180 cm, berat badan ideal dan
paras wajah yang cantik. Bukan hanya paras wajahnya saja yang cantik, tapi cara
bicaranya yang menawan dan sikapnya yang baik pada siapa saja yang membuat ia
semakin mempesona. Namun, bila kau tanya apa profesinya, ia menjawab profesinya
adala Ibu, bidan merupakan profesi sampingannya. Bagaimana tidak, memiliki 3
orang anak yang jika dilihat bertubuh besar, punya seorang suami yang bekerja
sebagai polisi, tapi masih juga bisa mendedikasikan dirinya bekerja melayani
masyarakat. Sekilas kita akan menilai bahwa ibu yang satu ini bisa mendaftar di
agency model ataupun artis karena paras wajahnya yang cantik dan badannya yang
ideal. Tapi kini, menjadi ibu dan bidan yang dia pilih sebagai profesinya
sekarang. Setiap pagi, ia harus bangun mempersiapkan sarapan untuk anak-anak
yang sekolha dan suaminya bekerja. Setelah itu, ia juga berangkat kerja sambil
membawa anak bungsunya yang berusia 12 bulan. Sekitar jam 10.00 WIB dia kembali
menjemput anak keduanya di TK dan mengajaknya meneruskan kerjanya di Puskesmas.
Bahkan, seringkali kami, Pencerah Nusantara mendampinginya turun dusun dengan
membawa kedua anaknya. Tapi, jangan disangka kinerjanya menjadi buruk karena
kehadiran 2 anaknya dalam kerjanya di Puskesmas. Karena sang ibu, mungkin
menjadi kebanggaan dan merupakan staff terbaik Puskesmas Sikakap, yang kami
sebut “Our Local Hero”.
Itulah Bidan
Ayu yang selalu totalitas di rumah dan didalam pekerjaannya. Tanpanya, takkan
berjalan program-program kesehatan wajib Puskesmas, takkan terealisasi rumah
tunggu bersalin dan takkan berjalan pula kelas-kelas ibu hamil serta kelas ibu
balita di Kecamatan Sikakap. Itulah sosok yang mungkin dedikasinya tidak pernah
ada apresiasi dari siapapun. Tapi keikhlasannya menjadi pelajaran yang bisa
kita pelajari dan aplikasikan berpuluh-puluh tahun kedepan. Pelajaran yang
mungkin tidak pernah kita temukan di bangku kuliah, Dedikasi tanpa Apresiasi.
Kepadanya, kami ucapkan Happy Mothers Day, kamu adalah Ibu yang Hebat.
Dokumentasi
Pembagian Bunga bagi Ibu-Ibu Hebat Kebanggaan Sikakap yang Dedikasinya tanpa
mengenal Apresiasi “HAPPY MOTHERS DAY”.
Penulis :
Zakiyyah Ahsanti R