Sunday, 22 March 2015

PUNGGUNG KEKAR SI KECIL RADI

Dokumentasi Perjalanan Pencerah Nusantara Batch 3: Tanggal 21 Oktober 2014

Adalah Radi, seorang anak berusia 9 tahun dengan tinggi badan sekitar 120 cm dan berat badan 20 Kg. Berjalan setiap hari menyusuri jalan-jalan terkecil menyisir setiap sudut Kota Sikakap untuk menjajakan dagangannya tanpa menggunakan alas kaki. Dengan modal keranjang di punggung yang berisikan sayuran-sayuran yang dicari oleh ibunya di hutan. Radi kecil menggunakan topi sekolah dasarnya untuk sekedar melindungi kepala dari teriknya panas matahari di siang hari. Dari kejauhan tampak seperti orang dewasa yang menanggung beban kehidupan keluarganya. Meski keringat menetes di kening nya, senyum nya masih menghiasi wajah polosnya sesekali.

Hari itu, agenda kami adalah menghandiri Posyandu di Seay lama, sebuah dusun di Desa Sikakap. Untuk menjangkau Dusun Seay Lama, kami harus merogoh kocek Rp 4.000 untuk menggunakan transportasi laut, boat antar pulau. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan berjalan kaki dengan jalan yang menanjak  sejauh 1 Km. Kala itu begitu panas, matahari menyengat sepanjang siang. Membuat kami sesekali mampir di teras-teras rumah milik penduduk untuk sekedar mengumpulkan sisa tenaga untuk menyusuri perjalanan hari itu.



Kami bertemu Radi kecil dalam perjalanan pulang seusai melaksanan Posyandu. Radi Nampak sangat kecil, tapi guratan wajahhnya menggambarkan kedewasaan dan tanggung jawab. Kami tertarik untuk menyapanya, seorang anak kecil dengan keranjang sayur besar yang berjalan tanpa alas kaki. Awalnya, Radi tampak tertutup dan malu menjawab semua pertanyaan kami. Bagaimana tidak, semua berebut bertanya kepada Radi kecil tentang apa, siapa, dan mengapa ia berjualan di siang itu. Baginya, berjualan adalah hal biasa ia lakukan sepulang sekolah. Namun bagi kami, seorang anak kecil dengan keranjang sayur adalah hal yang sangat baru buat kami. Mengundang perhatian dan rasa penasaran kami untuk mengetahui lebih dalam mengenai kisah hidupnya.



Kami mengajaknya singgah di sebuah warung untuk minum segelas air putih. Keringatnya yang terus menetes membuat kami begitu iba memandangnya. Setelah sekitar setengah jam kami menyita waktu kerjanya, banyak hal yang kami dapat pelajari dari seorang anak yang harus jadi tulang punggung keluarganya. Pelajaran tentang hidup keras yang memaksa seorang anak kecil yang polos menanggung beban begitu besar bagi keluarganya.

Radi kecil memiliki 4 orang adik yang masih sangat kecil-kecil, adik pertamanya berusia 7 tahun, adik selanjutnya berusia 4 tahun, 2 tahun dan 8 bulan. Radi adalah anak tertua sekaligus menjadi tulang punggung dikeluarganya. Radi dan Ibunya berjuang keras untuk menghidupi adik-adiknya yang masih sangat kecil. Ayahnya telah pergi meninggalkannya dan adik-adiknya sejak satu tahun yang lalu. Sejak saat itu, sang ibu bekerja mencari sayur yang akan di jual Radi sepulang sekolah. Setelah mengelilingi sikakap untuk menjajakan sayurannya, Radi kecil kembali pulang kerumah. Terkadang Radi juga harus menginap di poskamling ataupun teras-teras rumah karena ketinggalan Boat antar pulau yang hanya beroperasi sampai dengan pukul 17.00. Radi kecil terbiasa menghabiskan waktunya untuk sekolah dan berjualan. Masa kecil yang harusnya ia nikmati, bergaul dengan teman sebayanya harus dia ganti dengan beban dan tanggung jawab yang begitu besar.

Mendengar kisah Radi, kami tertarik untuk benar-benar datang dan membuktikan apa yang telah Radi kisahkan kepada kami. Beberapa hari setelah kami bertemu Radi, kami memutuskan untuk datang kerumahnya. Ketika sampai disana, kami mendapati ketiga adik Radi yang masih kecil ditinggal tanpa pengawasan orang tua di rumah petak ukuran 3 x 2 meter. Adik yang paling kecil terus menangis kehausan, dan kedua kakanya sibuk bermain bedak milik ibunya. Menyaksikan pemandangan tersebut kami berpikir bahwa ternyata masih ada anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Bahkan tetangganya yang berdekatan pun enggan untuk sekedar menengok adik-adik radi yang tinggal sendiri karena sang ibu harus mencari sayur di hutan.

Kisah Radi adalah satu dari ratusan bahkan ribuan kisah-kisah anak terlantar di Indonesia. Ketiaksiapan menjadi orang tualah barangkali menjadi penyebab terjadinya kasus-kasus penelantaran anak-anak di bawah umur. Tanpa sengaja dengan alasan ekonomi, anak-anaklah yang akan menjadi korbannya. Dengan alasan tidak sanggup lagi menafkahi, lantas pergi begitu saja meninggalkan tanggung jawab yang begitu besar pada punggung-punggung kecil tak berdosa. Yang memaksa buah hati menjadi tulang punggung, yang membuat anak-anak kecil tak berdosa dewasa sebelum waktunya, yang karenanya punggung kekar itu dimiliki oleh si Kecil Radi.


Penulis ; Zakiyyah Ahsanti R

No comments:

Post a Comment